Akurasi Berita

Deadline 10 November 2014 telah terlewati. Sebenarnya saya ingin menjadikan moment itu sebagai moment menyelesaikan seluruh deadline termasuk naskah untuk buku Penghargaan Achmad Bakrie (PABXII) 2014. Namun karena kesibukan saya yang banyak, terutama untuk persiapan seminar di Indonesia dan pulang bersama keluarga, akhirnya “jebol” juga deadline hari pahlawan itu. Saya baru menyelesaikan setengah tulisan. Saya kemudian tenggelam dalam kesibukan darat selama di Indonesia.

Beberapa hari setelah deadline saya kembali ke Jepang dan diingatkan oleh mas Nirwan dari Freedom Institute, salah satu panitia PABXII, untuk segera mengirimkan naskah. Beliau “mengancam” bahwa jangan salahkan mereka jika terpaksa mereka yang menulis dan di dalamnya terdapat kesalahan. He..he.. saya tersenyum membacanya, dan langsung meluncur kepada tulisan untuk buku PABXII kategori ilmuwan muda berprestasi. Saya mengapresiasi panitia PABXII yang mengijinkan saya menulis langsung sehingga tidak ada distorsi informasi.

 

cove buku bakrie

Cover Buku PABXII 2014

Di dalam buku PABXII, saya tidak menulis sebagai penemu 4G LTE karena 4G LTE sendiri seharusnya memang tidak ditemukan, melainkan disepakati. Forumlah yang menyepakati teknik tertentu untuk dipakai atau tidak dipakai dalam sebuah standard. Thanks kepada yang selalu konfirmasi ke saya terlebih dahulu setiap akan posting di publik tentang masalah sensitif ini. Yang saya temukan dan patenkan adalah konsep dua FFT. Ini menjadi prinsip dasar dari teknik SC-FDMA yang dipakai pada uplink 4G LTE. Dengan prinsip dua FFT tersebut, 4G LTE secara teori memang seharusnya lebih baik dalam efisiensi power dan spectrumnya.

 

Bakrie 2

Chapter Bagian “Ilmuwan Muda Berprestasi”. Saya buka di hari pemberian penghargaan, Jakarta, 10 Desember 2014.

Lalu apa yang saya tulis di dalamnya?

Saya tulis di dalamnya tentang teknik dua FFT tersebut yang menjadi standard internasional, the International telecommunication union (ITU) nomor S.1878 dan S.2173, yang prosesnya telah melalui review marathon. Bahkan saat saya pindah ke JAIST di Ishikawa (aslinya patent saya daftarkan saat saya masih di NAIST, Nara) masih dikejar oleh reviewer. Para review patent ini baru berhenti saat teknik ini menjadi standard ITU. Ini adalah sebuah standard (yang bisa dipakai di terestrial bumi dan) untuk broadband satelit, yang mampu memberikan efisiensi power, karena di luar angkasa lebih urgen kebutuhan akan efisiensi power. Alhamdulillah.

Selain teknik tersebut, juga saya tulis dua teknik yang sedang saya kerjakan untuk diusulkan menjadi teknik yang baik dengan harapan bisa berkontribusi dalam penentuan standard 5G di masa depan. Teknik ini tergabung dalam project EU FP7, yang saya dan partner di dalam project tersebut, sepakat untuk membawanya dalam standardisasi 5G. Semoga kami tidak give up di tengah jalan.

Mimpi Saat Menjadi Mahasiswa

Kuliah pagi setengah siang saat itu sangat indah. Banyak kami harus merefer kepada standard ITU berkali-kali. Setelah 1 jam 30 menit berlalu, kami berhamburan keluar dari gedung kuliah di sebelah timur gedung labtek VIII Teknik Elektro ITB. Kami duduk-duduk di luar gedung.

“Bisa tidak ya suatu saat kita membuat standard ITU? Kita bahkan duduk-duduk di Kantor ITU.”

Demikian candaan kami, mahasiswa Telekomunikasi B, EL 96 selepas kuliah “Komunikasi Data”. Nah, saat saya ke Jakarta awal Desember 2014 lalu, saya banyak bertemu dengan kawan-kawan jaman kuliah dulu. “Wah, cita-cita kita waktu itu telah tercapai ya, ingin berkontribusi dalam standard ITU”, kata Cak Gun sambil bercanda. Langsung saya reply, “Iya, semoga ada yang bisa nambah lagi”. Aaamiin.

Semoga bermanfaat dan tetap semangat.

Khoirul Anwar

Ishikawa, 24 Desember 2014

Yang tetap dingin meski salju lagi tidak turun.